DESAH PASSION

by 21.9.16 0 Cibiran



Akhir-akhir ini, banyak orang sok pinter ngehe yang angkat bicara bahwa passion itu ada, sementara sisanya berbicara yang sebaliknya--bahwa passion itu semu.

Teman saya pernah punya teori, tujuan manusia hidup itu untuk apa? Untuk menemukan cinta. Tidak terbatas pada pacar-pacaran yang fasenya begitu-begitu saja: lelah pdkt; PHP terkutuk; terbang berbalas; drama rempeyek; sampai galau sama Adele, tapi pada hal-hal lain. Yang paling umum, cinta sama pekerjaan, misalnya. Termasuk pula, cinta pada agama atau Tuhannya. Oh iya, cinta pada Jokowi atau Prabowo, bisya, bisya. Kalau cinta sama mantan? Aduh, skip deh.

Akhir-akhir ini saya merasa hati saya kosong. Tidak ada 'bensin' yang dapat melebur kegairahan agar punya tujuan. Enaknya ngapain, ya? Mau belajar ngerokok, kokoro ini lelah sama drama sosmed soal rokok dan buruh. Kalau dirokok? Aduh, skip deh.

Meski saya sekarang sedang berada di fase yang nggak ngerti harus mencintai apa dan SIAPA (ehem, #kode), tapi, dulu, saya pernah merasa mencintai dan dicintai sesuatu, kok. Apa itu? Bagaimana detail rasanya? Pada hal-hal apa? Kenapa dan bagaimana, waktu itu?

Bagi kamu yang tiba-tiba kepikiran akan apa yang seharusnya pantas kamu cintai di kehidupan ini, Umair Haque punya saran buat kamu. Monggo, boleh dicek sambil nge-deep purple cocktail:



Booking-an dari Umar Haque



Andy Amou

Pengendali Nafsu

Seseorang yang berusaha menetralkan diri dari desah-bisiknya kehidupan yang porno. Suka bertanya, "Mengapa dunia terasa kental, rasanya getir juga manis?" Dan menjawab sendiri, "Supaya manusia selalu merasa ditelanjangi, terkukung dalam kecerdasannya yang naik-turun."

0 Cibiran :

Posting Komentar