(P)UTTARAN ILLUMINATI

by 21.9.16 0 Cibiran




Kadang saya agak kesal-kesal gimana gitu, kalau orangtua saya menonton Puttaran di ruang keluarga. Ya gimana, ya... Hati ini ingin nonton Discovery Channel, tapi teringat kalau sudah tidak langganan tv kabel lagi. Mau nonton Spasitoon, udah di-banned. Akhirnya selera saya nonton TV terhenti di iklan Kezel Home Shopping atau Inivation Store, tayangan bagus buat killing times. Kalau Kezel dan Inivation-nya nggak tayang, gimana? Pindah ke yucub. Karena, boom! Yucub yucub yucub lebih dari tipih.

Nggak tanggung-tanggung, lho. Nggak hanya ibu saya yang nonton. Kadang ayah saya, juga nimbrung. Ya gitu, ikut komentar juga. Gaya komentarnya sama seperti saat nonton adu tinju atau bola. Apa ayah saya baru nyinyir ketika pemain Puttaran-nya sedang adu tinju atau bola, saya nggak tahu, nggak mau nge-judge. Atau, apa memang ayah saya ber-passion pada hal lain, seperti melihat wanita India yang bergoyang? Atau mungkin, sekadar bukti perwujudan suami yang baik dan setia, menemani selera istri meski hati tak nyaman. Semoga jawabannya ada pada opsi hipotesis yang terakhir.

Meski begitu, saya tetap geregetan kalau mendengar cercaan klise akibat nonton Puttaran. Seperti, ngomel-ngomel yang butuh didengarkan sendiri. Sekadar meluapkan amarah dari pikiran dan perasaan yang perlu dibuang dalam diri. Lha gimana ya, memang tayangannya sudah jelas-jelas geje, mudah ketebak, dan nggak realistis. Semua poinnya itu mengacu kalau sinetron impor dari India tersebut nggak ada bedanya dengan sinetron lokal di stasiun TV kita. Kadang saya heran, ini apa kabar produser India sekelas film 3 Idiot, Taare Zameen Par, dan Life of Pi? Mungkin memang beda kelas, sama seperti di Indonesia. Disamping ada produser kece bak Joko Anwar atau Mira Lesmana, ada pula produser film bokep semi horor yang menemani industri film Indonesia. Nah, tampaknya yang nggak berkualitas kayak gitu, harga impornya murah. Dan stasiun TV kita, baru ada budget untuk beli sinetron impor yang kualitasnya sebatas itu.

Lalu, solusinya bagaimana? Ingin sekali rasanya, saya tiba-tiba berdiri membelakangi TV kala orangtua saya menonton Puttaran. Ketika mereka bergidik heran, saya mulai membuka baju dan striptis. Nggak lah! Saya mau ceramah yang berisikan pencerahan. Kira-kira, seperti, "Opto ergo sum! I choose, therefore I live. Hidup itu pilihan. Mari kita memilih hal-hal yang positif. Daripada nonton Puttaran yang gampang ketebak, orangnya geblek-geblek, konfliknya dilebay-lebayin, yuk nonton yang lebih indah. Ada Sherlock Holmes BBC Series, Orphan Black, Limitless..." dan saya tercekat. Oh iya, ya. Tayangan tersebut belum ada di stasiun TV kita. Mungkin, kendalanya, karena mahal. Atau ketentuan TV lokal yang harus membatasi sekian persen muatan konten impor. Dan lain sebagainya.

Pantas saja saya lebih suka di kamar, mainan laptop sendirian dan berinternet ria. Saya bisa memilih konten positif bebas tanpa batas. Ingin bicara, "Ma, Yah, yuk hijrah ke laptop dan internet!" Lalu kami bertiga memainkan laptop saya. Bersenda gurau dan bahagia. Merasa tercerahkan, timbul keinginan untuk berkontribusi pada masyarakat. Untuk membangun bisnis warnet.

Khayal!

Untungnya, ayah dan mama saya masih getol pantengin Net. Kadang manggil-manggil saya di dalam kamar, kalau The Remix sudah main. Iya, sekeluarga demennya EDM, terlebih mama saya--sungguh beruntung punya sosok mama yang menginspirasi. Saat mendengar gubahan remix yang jedag-jedug, sebenarnya sekeluarga ingin jingkrak-jingkrak gila sampai lempar-lempar perabotan rumah. Tapi karena gengsi dan faktor umur, yang digerakkan hanya anggukan kepala saja. Sungguh keluarga yang subhanallah.

Lantas, solusi menghentikan orangtua saya yang getol nonton Puttaran, bagaimana? Sebentar, sebentar. Saya coba merefleksikan diri dahulu. Hal yang harus saya lakukan ketika penyakit nyinyir saya kumat.

lnternet, melingkupi teman-teman maya saya, secara tidak langsung bisa membuat pribadi saya menjadi lebih baik. Ngelihat timeline, info-info yang dibagi selalu bisa buat otak makin orgasme. Apalah itu bahas feminis, marxisme, mindset generasi, dan lain sebagainya, membuat saya terpengaruh untuk berani memahami dan bertanggung jawab dalam mengulik masalah-masalah besar di dunia. Hal itu yang ingin saya bawa pengaruhnya pada orangtua saya juga. Ketimbang nonton Puttaran, mungkin bisa pantengin yucub, dan subscribe ke channel Kok Bisa?, Sains Bro, Hujan Tanda Tanya, Kamu Harus Tahu!, atau Numbers Academy.

Tapi, saya pongah. Kesempatan dalam waktu luang saya yang bebas menikmati konten internet yang positif ini tak lain tak bukan dari usaha kerja keras orangtua saya. Mereka sudah banting tulang demi membuat saya punya kesempatan leha-leha internetan nan laptopan di kamar dalam rumah yang nyaman, tanpa diimbasi masalah pelik keluarga. Tentunya orangtua saya akan sedih, kalau kemewahan internet yang saya rasakan ini hanya dipakai untuk membokep atau sebar hate speech macam John Ryu. Sebisa mungkin, saya akan terus mengonsumsi tayangan-tayangan yang positif. Bismillah.

Yang akhirnya, saya akan memilih membiarkan orangtua saya untuk menonton Puttaran. Lho, kok? Anggap saja itu adalah hiburan dari penat yang didapatkan orangtua saya setelah seharian banting tulang. Tiap orang juga punya selera aneh tertentu, kan? Seperti saya yang suka karaokean dangdut koplo Evi Tamala - Masa Lalu, disamping mengikuti lagu-lagu Joey Alexander. Yah, lebih baik orangtua saya menonton Puttaran, daripada menonton Two Girls One Mug, kan?

Catatan Ketiak: Saya bersyukur orangtua saya bukan Tipatul Sembarangan.



Catatan Bulu Kaki: Takut kena karma, beberapa nama disensor dengan kelucuan maksa yang bernilai 75. :( Tetap remidi, deh.



Andy Amou

Pengendali Nafsu

Seseorang yang berusaha menetralkan diri dari desah-bisiknya kehidupan yang porno. Suka bertanya, "Mengapa dunia terasa kental, rasanya getir juga manis?" Dan menjawab sendiri, "Supaya manusia selalu merasa ditelanjangi, terkukung dalam kecerdasannya yang naik-turun."

0 Cibiran :

Posting Komentar